SIRAH NABAWIYAH KELAS X

SIRAH NABAWIYAH KELAS X

 AYAH,
IBU, DAN KAKEK RASULULLAH

 

Rasulullah
bernama Muhammad. Ayah beliau bernama Abdullah, sedangkan ibu beliau bernama
Aminah.

 Kakek Rasulullah bernama Abdul Muththalib.Ketika
Abdullah meninggal dunia, Aminah sedang mengandung Rasulullah.

 RASULULLAH
LAHIR

 

Rasulullah
lahir di Mekkah pada hari Senin, bulan Rabi’ul Awwal, Tahun Gajah. Disebut
Tahun Gajah, karena pada tahun itu datang bala tentara dipimpin oleh Abrahah
dari Yaman yang hendak menghancurkan Ka’bah. Mereka datang membawa gajah-gajah.

 Yang
memberi nama Muhammad adalah Abdul Muththalib. Nama “Muhammad” bermakna “orang
yang betul-betul terpuji.”

 IBU-IBU
SUSUAN RASULULLAH

 

Selain
oleh Aminah, Rasulullah juga disusui oleh Tsuwaibah, hamba sahaya milik Abu
Lahab, paman Rasulullah.

 

Tidak
lama kemudian, Rasulullah disusukan kepada Halimah As Sa’diyah. Sejak itu
sampai berusia empat tahun, Rasulullah diasuh oleh Halimah dan suaminya,
Harits, di kampung Bani Sa’ad yang terletak di pedalaman Arab.
 

Ketika
Rasulullah berusia empat tahun, terjadi peristiwa pembelahan dada 

Rasulullah
oleh Malaikat Jibril
‘alaihis salam.
Khawatir dengan keselamatan 

Rasulullah, Halimah pun mengembalikan Rasulullah
kepada Aminah di Mekkah.

 

 IBU
RASULULLAH WAFAT

 

Rasulullah
hidup bersama ibunya tidak lama. Waktu berusia enam tahun, Rasulullah diajak
Aminah mengunjungi paman-paman Rasulullah di Madinah.

 

Dalam
perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit dan meninggal dunia di Abwa, sebuah
daerah yang terletak antara Madinah dan Mekkah.

KAKEK
RASULULLAH WAFAT

 

Sepeninggal
Aminah, Rasulullah dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Sebagai cucu
tersayang, Rasulullah diasuh dengan penuh kecintaan dan kelembutan.

 Akan
tetapi, Abdul Muththalib tidak lama mengasuh Rasulullah. Dua tahun setelah
Aminah meninggal dunia, kakek Rasulullah meninggal dunia pula.

 

ABU
THALIB MENGASUH RASULULLAH

 

Setelah
Abdul Muththalib meninggal, yang mengasuh Rasulullah adalah Abu Thalib. Abu
Thalib adalah salah satu paman Rasulullah.

 

 Nama
Abu Thalib adalah Abdu Manaf. Ia adalah saudara seayah dan seibu dengan
Abdullah, ayah Rasulullah.

PERGI
KE SYAM YANG PERTAMA KALI

 

Abu
Thalib adalah seorang pedagang. Ketika Rasulullah berumur dua belas tahun, Abu
Thalib mengajak Rasulullah pergi berdagang ke Syam.

Di
Bushra, Syam, rombongan Abu Thalib bertemu seorang rahib Nasrani yang bernama
Bakhira. Bakhira mengabari Abu Thalib bahwa Rasulullah adalah seorang nabi.

 Sepulang
dari Syam, Rasulullah tidak pernah bepergian lagi ke sana. Beliau menghabiskan
masa remaja beliau di Mekkah di bawah pengawasan Abu Thalib.

PERGI
KE SYAM YANG KEDUA KALI

 

Rasulullah
baru kembali ke Syam ketika beliau sudah berusia dewasa. Waktu itu, beliau
membawa dagangan-dagangan milik Khadijah bintu Khuwailid.

 

Khadijah
pun tertarik kepada sosok Rasulullah. Khadijah melihat Rasulullah sebagai
pemuda yang istimewa dan memiliki akhlak yang baik. Rasulullah jujur, dapat
dipercaya, tutur-katanya baik, dan menjauhi perilaku-perilaku buruk yang biasa
dilakukan oleh orang-orang di zaman itu.

MENIKAHI
KHADIJAH BINTU KHUWAILID

 

Tidak
lama kemudian, Rasulullah menikahi Khadijah. Rasulullah berusia 25 tahun,
sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

 Allah ta’ala mengaruniai mereka beberapa orang
anak. Mereka adalah Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, dan
Abdullah.

 

Karena
putra pertama bernama Al Qasim, maka Rasulullah pun memiliki kuniyah Abul Qasim atau ayah Al Qasim. Kuniyah adalah nama yang dimulai dengan “abu”
atau “ummu”.

 MELETAKKAN
HAJAR ASWAD

 

Ketika
Rasulullah berusia 35 tahun, terjadi peristiwa pemugaran dan perbaikan Ka’bah.
Waktu itu, terjadi banjir besar di Mekkah yang menyebabkan bangunan Ka’bah
rusak.

 

Orang-orang 
Quraisy  memutuskan  untuk 
memperbaiki  Ka’bah.

 

Mereka pun bergotong-royong melakukannya.

 

 Rasulullah
ikut serta memperbaiki Ka’bah. Allah
subhanahu
wa
ta’ala kemudian menakdirkan
Rasulullah sebagai orang yang
meletakkan
batu Hajar Aswad di dinding Ka’bah.

 TAHANNUTS DI
GUA HIRA’

 

Menjelang
usia 40 tahun, Rasulullah mulai mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah.
Beliau menjauh dari manusia dan menyendiri di Gua Hira, di pinggir kota Mekkah.

 

Apa
yang beliau lakukan ini merupakan kebiasaan ahli-ahli ibadah di zaman itu,
sehingga tidak ada yang merasa aneh dengannya. Kebiasaan ini disebut dengan tahannuts.

 Beliau
tinggal di sana bermalam-malam lamanya. Beliau pergi dari rumah sambil membawa
bekal dan setelah bekal itu habis di Gua Hira beliau kembali pulang ke rumah.

 

 MENJADI
SEORANG NABI

 Menjelang
turunnya wahyu pertama, Rasulullah sering mendapatkan mimpi-mimpi

 yang benar.
Maksudnya, mimpi-mimpi yang datang dari Allah.

 Ketika
berusia 40 tahun lewat 6 bulan, wahyu pertama turun kepada beliau yang dibawa
oleh Malaikat Jibril
‘alaihis salam.
Wahyu pertama berupa Surat Al ‘Alaq ayat 1-5.

Berita Terbaru
Scroll to Top